Sampaikanlah pada Tuhan, Pa. Bahwa aku tak meminta kau untuk kembali, atau menyesali takdirnya kini, tapi aku hanya meminta kekuatannya agar aku tetap berada di jalannya, sehingga aku tak salah jalan lagi seperti awal kau tinggalkan aku disini.
Kepergianmu memang kusesali, tapi aku harus bangkit, kerasnya hidup mengharuskan aku untuk lebih keras lagi, kau tahu akulah satu-satunya puteri yang kau miliki, kurasa tak mudah menjadi seperti sekarang ini, semuanya berbanding terbalik, di saat dulu aku selalu kau dengar, dan kini aku harus menjadi pendengar, saat dulu aku yang selalu meminta, kini aku harus menjadi pemberi, di saat dulu aku adalah anak yang kau tanggung jawapi, kini aku harus menjadi penangung jawab mereka berdua, di saat dulu aku mengadu, kini aku harus menjadi tempatnya mengadu, di saat dulu aku yang slalu kau dekap, kini aku yang harus mendekap.

Sekarang aku mulai terbiasa Pa, terbiasa dengan sakit, terbiasa dengan keras, kau yang mengajarkan jika hidup keras maka aku harus lebih keras lagi, kunikmati semua kerinduan ini, tak kupedulikan mereka yang mencaci, mencoba menjatuhkan, menggoda bersama setan, merendahkan, bahkan harga diriku ikut terinjakkan, aku belajar diam darimu, diam dari semua yang ku dengar, dan aku berusaha membuktikan pada mereka yang berkicau bahwa aku yang kecil ini mampu menjadi besar! Seperti itu juga janji yang telah kuucapkan kemarin